BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Reproduksi
merupakan proses menghasilkan individu baru dari organisme sebelumnya.
Organisme bereproduksi melalui 2 Cara, Repoduksi aseksual (vegetatit) adalah
terbentuknya individu baru tanpa melakukan peleburan sel kelamin,Reproduksi
seksual (generatif) Umumnya melibatkan persatuan sel kelamin (gamet) dari 2
individu yang berbeda jenis kelamin. Sistem Reproduksi (Pembuahan) adalah proses peleburan antara satu sel
sperma dan satu sel ovum yang sudah matang. Sebelum terjadi poses pembuahan,
terjadi beberapa proses sebagai berikut.
Ovum
yang telah masuk akan keluar dari ovarium. Proses tersebut dinamakan ovulasi.
Ovum yang telah masak tersebutakan masuk ke saluran Fallopii. Jutaan sperma
harus berjalan dari vagina menuju uterus dan masuk ke saluran Fallopii. Dalam
perjalanan itu, kebanyakan sperma dihancurkan oleh mukus (lendir) asa di dalam
uterus dan saluran Fallopii. Di antara beberapa sel sperma yang bertahan hidup,
hanya satu yang masuk menembus membran ovum. Setelah terjadi pembuahan, membran
ovum segera mengeras untuk mencegah sel sperma lain masuk, Proses pembuahan ini terjadi .Jika ovum yang
sudah masak tidak dibuahi oleh sperma, jaringan penyusun dinding rahim yang
telah menebal dan mengandung banyak pembuluh darah akan rusak dan luruh/runtuh.
Bersama-sama dengan ovum yang tidak dibuahi, jaringan tersebut dikeluarkan dari
tubuh lewat vagina dalam proses yang disebut menstruasi (haid).
2.
Rumusan
Masalah
Ø Untuk
mengetahui alat-alat reproduksi pria (laki-laki), organ
reproduksi dalam dan organ reproduksi luarnya!
Ø
Untuk mengetahui alat-
alat reproduksi wanita (perempuan), organ reproduksi dalam organ reproduksi luarnya!
Ø
Mengetahui hormon dan gangguan
sitem reproduksi pada manusia!
3.
Tujuan
Ø Apa apa sajakah alat-alat reproduksi pria
(laki-laki), organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luarnya?
Ø
Apa apa sajakah alat-
alat reproduksi wanita (perempuan), organ reproduksi dalam organ reproduksi luarnya?
Ø
Bagaimanakah pengaruh hormon dan
gangguan sitem reproduksi pada manusia?
4.
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
2. Rumusan
Masalah
3. Tujuan
BAB II. PEMBAHASAN
1. Alat-alat
Reproduksi Pria (Laki-laki)
v Organ
Reproduksi Dalam
v Organ
Reproduksi Luar
v Spermatogenesis
v Hormon
pada Pria
v Gangguan
pada Sistem Reproduksi Pria
2. Alat-
alat Reproduksi Wanita (Perempuan)
Ø Organ
reproduksi dalam
Ø
Organ reproduksi luar
Ø
Oogenesis
Ø
Hormon pada Wanita
Ø
Fertilisasi
Ø
Persalinan
Ø
Laktasi
Ø
Gangguan pada Sistem Reproduksi
Wanita
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Sistem Reproduksi Pada Manusia” ini
dengan baik dan lancar. Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi
Manusia. Mudah-mudahan makalah ini bisa menambah pengetahuan kita tentang system
reproduksi Manusia.
Tidak lupa saya ucapkan terima
kasih kepada dosen Pembina yang selalu memberi bimbingan dan dukungannya
sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini, dan juga kepada teman-teman serta
pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa memberi
manfaat kepada semua mahasiswa dan semua pembaca dalam pengetahuan dan
pemahaman tentang Sistem Reproduksi Pada Manusia.
Makalah ini masih banyak kekurangan
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat Kami harapkan demi perbaikan
dan penyempurnaan makalah ini.
Malang,
29 Mei 2011
Penulis
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Alat-alat
Reproduksi pada Laki-Laki
Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi,
spermatogenesis dan hormon pada pria. Organ reproduksi pria terdiri atas
organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
A.Organ Reproduksi Dalam
Organ reproduksi dalam pria terdiri
atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar asesoris.
v Testis
Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum). Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos.Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma dan hormon kelamin jantan yang disebut testoteron.
v Saluran
Pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ
reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi
dan uretra.
v Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
v Vas
deferens
Vas deferens atau saluran sperma
(duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan
lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung
salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai
saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau
kantung mani (vesikula seminalis).
v Saluran
ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran
pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi
untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
v Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
v Kelenjar
Asesoris
Selama sperma melalui saluran
pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh
kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin
yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper.
v Vesikula
seminalis
Vesikula seminalis atau kantung
semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di
belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan
yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
v Kelenjar
prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian
atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat
menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang
berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
v Kelenjar
Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar
yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang
bersifat alkali (basa).
B. Organ Reproduksi Luar
Organ reproduksi luar pria terdiri
dari penis dan skrotum.
Ø Penis
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
Ø Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.
C.
Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya
pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel
germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang mana
bertujuan untuk membentu sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus
seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan
jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat
spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam
ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250
lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel
germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium =
tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel
tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak
diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid. Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi.
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor. Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid. Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi.
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor. Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di
bagian tengah sperma. Badan sperma banyak mengandung mitokondria yang berfungsi
sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma. Semua tahap spermatogenesis
terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki fungsi khusus
untuk menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis.
D.
Hormon pada Pria
Proses
spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu testoteron, LH
(Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon
pertumbuhan.
ü Testoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel
Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi
tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan
meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
ü LH
(Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis
anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron
ü FSH
(Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel
kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa
stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan
terjadi.
ü Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel
sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu
protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta membawa
keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia
untuk pematangan sperma.
ü Hormon
Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk
mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus
meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
E. Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria
1.Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan
fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon
androgen dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan
tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dengan terapi
hormon.
2. Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari
satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada
waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human
chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga,
dilakukan pembedahan.
3. Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra
dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air kecil. Organisme yang
paling sering menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma
urealyticum atau virus herpes.
4. Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan
prostat. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli maupun
bukan bakteri.
5. Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang
sering terjadi pada saluran reproduksi pria. Organisme penyebab epididimitis
adalah E. coli dan Chlamydia.
6. Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada
testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa
dapat menyebabkan infertilitas.
2.
Alat-alat
Reproduksi pada Wanita (Perrempuan)
female_reproductive_system_lateral
Sistem reproduksi wanita meliputi organ reproduksi,
oogenesis, hormon pada wanita, fertilisasi, kehamilan, persalinan dan
laktasi.Organ reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ
reproduksi luar.
A.Organ
reproduksi dalam
Organ
reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi (saluran
kelamin).

v Ovarium
Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 – 4 cm. Ovarium berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi.Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon estrogen dan progesterone.
Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 – 4 cm. Ovarium berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi.Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon estrogen dan progesterone.
v Saluran
reproduksi
Saluran reproduksi (saluran kelamin)
terdiri dari oviduk, uterus dan vagina.
v Oviduk
Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan kiri ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan kiri ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
v Uterus
Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.
Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.
v Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita. Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir (membran mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan.
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita. Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir (membran mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan.
B.
Organ reproduksi luar

Organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva. Vulva
merupakan celah paling luar dari organ kelamin wanita. Vulva terdiri dari mons
pubis. Mons pubis (mons veneris) merupakan daerah atas dan terluar dari vulva
yang banyak menandung jaringan lemak. Pada masa pubertas daerah ini mulai
ditumbuhi oleh rambut. Di bawah mons pubis terdapat lipatan labium mayor (bibir
besar) yang berjumlah sepasang. Di dalam labium mayor terdapat lipatan labium
minor (bibir kecil) yang juga berjumlah sepasang. Labium mayor dan labium minor
berfungsi untuk melindungi vagina. Gabungan labium mayor dan labium minor pada
bagian atas labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris.Klitoris
merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada pria. Meskipun
klitoris secara struktural tidak sama persis dengan penis,namun klitoris juga
mengandung korpus kavernosa. Pada klitoris terdapat banyak pembuluh darah dan
ujung-ujung saraf perasa.Pada vulva bermuara dua saluran, yaitu saluran uretra
(saluran kencing) dan saluran kelamin (vagina). Pada daerah dekat saluran ujung
vagina terdapat himen atau selaput dara. Himen merupakan selaput mukosa yang
banyak mengandung pembuluh darah.
C.
Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam
ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung
telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.
Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.Oogenesis
telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat
bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur
6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap
pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi
anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam
keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya
mengandung sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak
perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit
lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupaakn oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupaakn oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
D.
Hormon pada Wanita
Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan
perkembangan reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria. Salah satu
peran hormon pada wanita dalam proses reproduksi adalah dalam siklus menstruasi.
Ø Siklus
menstruasi
Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan
siklik dari uterus yang disertai pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika
ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus menstruasi sekitar 28 hari. Pelepasan
ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan
dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan ovarium. Hasil kerjasama
tersebut akan memacu pengeluaran hormon-hormon yang mempengaruhi mekanisme
siklus menstruasi.Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi,
patokannya adalah adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi. Ovulasi
terjadi pada pertengahan siklus (½ n) menstruasi. Untuk periode atau siklus
hari pertama menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari
pertama menstruasi. Siklus menstruasi dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu
fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-ovulasi.
Ø Fase
menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma,
sehingga korpus luteum akan menghentikan produksi hormon estrogen dan
progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum
dari dinding uterus yang menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut
menyebabkan endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis.
Peluruhan pada endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan
terjadinya pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung
selama lima hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50mL.
Ø Fase
pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi,
hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis
untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di
dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit
primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut
folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga
melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali
(proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan endometrium.
Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi
serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifta basa. Lendir yang bersifat basa
berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung
lingkungan hidup sperma.
Ø Fase
ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14
terjadi perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase
pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap
pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH
menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder
dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi
pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh sperma.
Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
Ø Fase
pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan
oleh oosit sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah
menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak
sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu
progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam
uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada
endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan
pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga
estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada
uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
E.
Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang
mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah
oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit
sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang
melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian,
sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida.
Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa
glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.Sperma dapat menembus oosit
sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan
atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung.Pada
sperma,bagian kromosom mengeluarkan:
a. Hialuronidase : Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
b. Akrosin : Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
c. Antifertilizin : Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
a. Hialuronidase : Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
b. Akrosin : Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
c. Antifertilizin : Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
- Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
- Menarik sperma secara kemotaksis positif.
- Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel
granulosit di bagian korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang
menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya
penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit
sekunder , sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis
II dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekunder.
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.
v Gestasi
(Kehamilan)
Zigot akan ditanam (diimplantasikan)
pada endometrium uterus. Dalam perjalannya ke uterus, zigot membelah secara mitosis
berkali-kali. Hasil pembelahan tersebut berupa sekelompok sel yang sama
besarnya, dengan bentuk seperti buah arbei yang disebut tahap morula.Morula
akan terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut blastula,
dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel (blastosol). Blastosit
terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam.
v Sel-sel
bagian luar blastosit
Sel-sel bagian luar blastosit
merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi blastosit pada
uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah endometrium yang
berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim proteolitik
yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium. Cairan dan
nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel
trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut. Kemudian, trofoblas beserta
sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat membentuk
plasenta dan berbagai membran kehamilan.Berbagai macam membran kehamilan
berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi dan
fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu,
adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari
luar, termasuk kekeringan.
v Sakus
vitelinus
Sakus vitelinus (kantung telur)
adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali dibentuk dari perluasan
lapisan endoderm (lapisan terdalam pada blastosit). Sakus vitelinus merupakan
tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama embrio.
Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk korion.
v Korion
Korion merupakan membran terluar
yang tumbuh melingkupi embrio. Korion membentuk vili korion (jonjot-jonjot) di
dalam endometrium. Vili korion berisi pembuluh darah emrbrio yang berhubungan
dengan pembuluh darah ibu yang banyak terdapat di dalam endometrium uterus.
Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk plasenta, yang merupakan
organ pemberi nutrisi bagi embrio.
v Amnion
Amnion merupakan membran yang
langsung melingkupi embrio dalam satu ruang yang berisi cairan amnion
(ketuban). Cairan amnion dihasilkan oleh membran amnion. Cairan amnion
berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan bebas, juga
melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastis serta guncangan dari luar.Alantois.Alantois
merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-ari). Tali pusar menghubungkan
embrio dengan plasenta pada endometrium uterus ibu. Di dalam alantois terdapat
pembuluh darah yang menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen dari ibu dan
mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbon dioksida dan urea untuk dibuang
oleh ibu.
v Sel-sel
bagian dalam blastosit
Sel-sel bagian dalam blastosit akan
berkembang menjadi bakal embrio (embrioblas). Pada embrioblas terdapat lapisan
jaringan dasar yang terdiri dari lapisan luar (ektoderm) dan lapisan dalam
(endoderm). Permukaan ektoderm melekuk ke dalam sehingga membentuk lapisan
tengah (mesoderm). Selanjutnya, ketiga lapisan tersebut akan berkembang menjadi
berbagai organ (organogenesis) pada minggu ke-4 sampai minggu ke-8.Ektoderm
akan membentuk saraf, mata, kulit dan hidung. Mesoderm akan membentuk tulang,
otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar kelamin. Endoderm
akan membentuk organ-organ yang berhubungan langsung dengan sistem pencernaan
dan pernapasan.Selanjutnya, mulai minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum
kelahiran, terjadi penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan tubuh yang
pesat. Masa ini disebut masa janin atau masa fetus.
F.Persalinan
Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Pada persalinan,
uterus secara perlahan menjadi lebih peka sampai akhirnya berkontraksi secara
berkala hingga bayi dilahirkan. Penyebab peningkatan kepekaan dan aktifitas
uterus sehingga terjadi kontraksi yang dipengaruhi faktor-faktor hormonal dan
faktor-faktor mekanis.Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus,
yaitu estrogen, oksitosin, prostaglandin dan relaksin.
Ø Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh plasenta yang konsentrasinya meningkat pada saat persalinan. Estrogen berfungsi untuk kontraksi uterus.
Estrogen dihasilkan oleh plasenta yang konsentrasinya meningkat pada saat persalinan. Estrogen berfungsi untuk kontraksi uterus.
Ø Oksitosin
Oksitosin dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin. Oksitosin berfungsi untuk kontraksi uterus.
Oksitosin dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin. Oksitosin berfungsi untuk kontraksi uterus.
Prostaglandin
Prostaglandin dihasilkan oleh membran pada janin. Prostaglandin berfungsi untuk meningkatkan intensitas kontraksi uterus.
Prostaglandin dihasilkan oleh membran pada janin. Prostaglandin berfungsi untuk meningkatkan intensitas kontraksi uterus.
Relaksin
Relaksin dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan plasenta. Relaksin berfungsi untuk relaksasi atau melunakkan serviks dan melonggarkan tulang panggul sehingga mempermudah persalinan.
Relaksin dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan plasenta. Relaksin berfungsi untuk relaksasi atau melunakkan serviks dan melonggarkan tulang panggul sehingga mempermudah persalinan.
G.
Laktasi
Kelangsungan bayi yang baru lahir bergantung pada persediaan
susu dari ibu. Produksi air susu (laktasi) berasal dari sepasang kelenjar susu
(payudara) ibu. Sebelum kehamilan, payudara hanya terdiri dari jaringan adiposa
(jaringan lemak) serta suatu sistem berupa kelenjar susu dan saluran-saluran
kelenjar (duktus kelenjar) yang belum berkembang.
Pada masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh mammotropin. Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan plasenta janin. Selain mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan lemak disekitarnya juga bertambah besar. Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu ke-5 kehamilan sampai kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar somatomamotropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik ringan, sehingga menyokong prolaktin dari hipofisis ibu.
Pada masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh mammotropin. Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan plasenta janin. Selain mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan lemak disekitarnya juga bertambah besar. Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu ke-5 kehamilan sampai kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar somatomamotropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik ringan, sehingga menyokong prolaktin dari hipofisis ibu.
H.Gangguan
pada Sistem Reproduksi Wanita

Gangguan menstruasi pada wanita
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amenore primer dan amenore sekunder. Amenore
primer adalah tidak terjadinya menstruasi sampai usia 17 tahun dengan atau
tanpa perkembangan seksual. Amenore sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi
selama 3 – 6 bulan atau lebih pada orang yang tengah mengalami siklus menstruasi.

Kanker genitalia pada wanita dapat
terjadi pada vagina, serviks dan ovarium.

Kanker vagina tidak diketahui
penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi karena iritasi yang diantaranya
disebabkan oleh virus. Pengobatannya antara lain dengan kemoterapi dan bedah
laser.

Kanker serviks adalah keadaan dimana
sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel serviks. Penanganannya
dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas
vagina dan kelenjar limfe panggul.

Kanker ovarium memiliki gejala yang
tidak jelas. Dapat berupa rasa berat pada panggul, perubahan fungsi saluran
pencernaan atau mengalami pendarahan vagina abnormal. Penanganan dapat
dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.

Endometriosis adalah keadaan dimana jaringan
endometrium terdapat di luar uterus, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium,
oviduk atau jauh di luar uterus, misalnya di paru-paru.Gejala endometriosis
berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan nyeri pada masa menstruasi. Jika
tidak ditangani, endometriosis dapat menyebabkan sulit terjadi kehamilan.
Penanganannya dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan, laparoskopi atau
bedah laser.Infeksi vagina Gejala awal infeksi vagina berupa keputihan dan
timbul gatal-gatal. Infeksi vagina menyerang wanita usia produktif. Penyebabnya
antara lain akibat hubungan kelamin, terutama bila suami terkena infeksi, jamur
atau bakteri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.Reproduksi
merupakan proses menghasilkan individu baru dari organisme sebelumnya.
2.Organisme
bereproduksi melalui 2 Cara Repoduksi aseksual (vegetatit) adalah terbentuknya
individu baru tanpa:
a.melakukan
peleburan sel kelamin,Reproduksi seksual (generatif) Umumnya melibatkan
persatuan sel kelamin (gamet) dari 2 individu yang berbeda jenis kelamin.
b.Sistem
Reproduksi (Pembuahan) adalah proses
peleburan antara satu sel sperma dan satu sel ovum yang sudah matang.
B. Saran
1.Sebaiknya kehamilan pertama
terjadi pada usia antara 20 30 tahun karena pada usia ini seorang wanita
telah siap baik secara fisik
maupun mental. Akan tetapi karena saat ini
pelayanan kesehatan semakin membaik, dan wanita hamil bisa secara
rutin memeriksakan kehamilannya, maka banyak juga wanita yang hamil diatas usia 30 tahun,
bahkan sampai 40 th.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar