Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah “Pendidikan Kehidupan Keluarga ”
yang di bimbing oleh:
Ibu Misgiati S.Pd.MMPd

O
L
E
H
Nama : Hildegardis Missa
Npm : 2091000220025
Jurusan : Pend Biologi
Angkatn : 2009B
INSTITUT
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS
PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN
BUDI
UTOMO MALANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada
dasarnya, tugas dasar perkembangan seorang anak adalah mengembangkan pemahaman
yang benar tentang bagaimana dunia ini bekerja. Dengan kata lain, tugas utama
seorang anak dalam perkembangannya adalah mempelajari segala aspek yang ada di
dunia ini. Sebagai contoh, anak harus belajar memahami bahwa setiap benda
memiliki hukum tertentu (hukum-hukum fisika), seperti : benda akan jatuh ke
bawah, bukan ke atas atau ke samping (hukum gravitasi bumi); benda tidak hilang
melainkan pindah tempat (hukum ketetapan obyek), dll. Selain itu, anak juga
harus belajar memahami aturan main dalam hubungan kemasyarakatan, sehingga ada
hukum dan sanksi yang mengatur perilaku anggota masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat.
Menurut
Megawangi (2003), anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter
apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap
anak yang dilahirkan suci dapat berkembang segara optimal. Mengingat lingkungan
anak bukan saja lingkungan keluarga yang sifatnya mikro, maka semua pihak -
keluarga, sekolah, media massa, komunitas bisnis, dan sebagainya - turut andil
dalam perkembangan karakter anak. Dengan kata lain, mengembangkan generasi
penerus bangsa yang berkarakter baik adalah tanggung jawab semua pihak. Oleh
karena itu diperlukan kesadaran dari semua pihak bahwa pendidikan karakter
merupakan tugas yang sangat penting untuk dilakukan segera.
1.2 Rumusan
Masalah
Dalam
pembuatan makalah ini ada beberapa poin yang akan saya bahas yaitu:
1.
Keluarga sebagai Wahana Pertama dan Utama Pendidikan Karakter Anak
2.
Aspek-aspek Penting dalam Pendidikan Karakter Anak
3.
Pola Asuh Menentukan Keberhasilan Pendidikan Karakter Anak dalam keluarga
1.3 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini
adalah
untuk mengetahui peranan keluarga dalam pendidikan karakter anak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keluarga
sebagai Wahana Pertama dan Utama Pendidikan Karakter Anak
Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama
dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Fungsi utama keluarga adalah
sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak,
mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di
masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat
guna tercapainya keluarga, sejahtera.
Jadi keluarga merupakan wahana pertama dan utama
bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan
karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di
luar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam
membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak
berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa
karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.
2.2 Aspek-aspek Penting dalam Pendidikan Karakter Anak
Untuk
membentuk karakter anak diperlukan syarat-syarat mendasar bagi terbentuknya kepribadian
yang baik. Ada tiga kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi, yaitu maternal
bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik dan mental.
1.
Maternal bonding
(kelekatan psikologis dengan ibunya)
merupakan dasar penting dalam pembentukan karakter anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar kepercayaan kepada orang lain (trust) pada anak. Kelekatan ini membuat anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan rasa aman sehingga menumbuhkan rasa percaya. Dasar kepercayaan yang ditumbuhkan melalui hubungan ibu-anak pada tahun-tahun pertama kehidupan anak akan memberi bekal bagi kesuksesan anak dalam kehidupan sosialnya ketika ia dewasa. Dengan kata lain, ikatan emosional yang erat antara ibu-anak di usia awal dapat membentuk kepribadian yang baik pada anak.
merupakan dasar penting dalam pembentukan karakter anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar kepercayaan kepada orang lain (trust) pada anak. Kelekatan ini membuat anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan rasa aman sehingga menumbuhkan rasa percaya. Dasar kepercayaan yang ditumbuhkan melalui hubungan ibu-anak pada tahun-tahun pertama kehidupan anak akan memberi bekal bagi kesuksesan anak dalam kehidupan sosialnya ketika ia dewasa. Dengan kata lain, ikatan emosional yang erat antara ibu-anak di usia awal dapat membentuk kepribadian yang baik pada anak.
2.
Kebutuhan akan rasa
aman
Yaitu kebutuhan anak akan lingkungan yang stabil dan aman. Kebutuhan ini penting bagi pembentukan karakter anak karena lingkungan yang berubah-ubah akan membahayakan perkembangan emosi bayi. Pengasuh yang berganti-ganti juga akan berpengaruh negatif pada perkembangan emosi anak. Menurut Bowlby, Normal bagi seorang bayi untuk mencari kontak dengan hanya satu orang (biasanya ibu) pada tahap-tahap awal masa bayi. Kekacauan emosi anak yang terjadi karena tidak adanya rasa ama ini diduga berkaitan dengan masalah kesulitan makan pada anak.
Yaitu kebutuhan anak akan lingkungan yang stabil dan aman. Kebutuhan ini penting bagi pembentukan karakter anak karena lingkungan yang berubah-ubah akan membahayakan perkembangan emosi bayi. Pengasuh yang berganti-ganti juga akan berpengaruh negatif pada perkembangan emosi anak. Menurut Bowlby, Normal bagi seorang bayi untuk mencari kontak dengan hanya satu orang (biasanya ibu) pada tahap-tahap awal masa bayi. Kekacauan emosi anak yang terjadi karena tidak adanya rasa ama ini diduga berkaitan dengan masalah kesulitan makan pada anak.
3.
Kebutuhan akan
stimulasi fisik dan mental
Merupakan aspek penting dalam pembentukan karakter anak. Hal ini membutuhkan perhatian yang besar dari orang tua dan reaksi timbal balik antara ibu dan anaknya. Menurut pakar pendidikan anak, seorang ibu yang sangat perhatian (yang diukur dari seringnya ibu melihat mata anaknya, mengelus, menggendong, dan berbicara kepada anaknya) terhadap anaknya yang berusia di bawah enam bulan akan mempengaruhi sikap bayinya sehingga menjadi anak yang gembira, antusias mengeksplorasi lingkungannya, dan menjadikannya anak yang kreatif.
Merupakan aspek penting dalam pembentukan karakter anak. Hal ini membutuhkan perhatian yang besar dari orang tua dan reaksi timbal balik antara ibu dan anaknya. Menurut pakar pendidikan anak, seorang ibu yang sangat perhatian (yang diukur dari seringnya ibu melihat mata anaknya, mengelus, menggendong, dan berbicara kepada anaknya) terhadap anaknya yang berusia di bawah enam bulan akan mempengaruhi sikap bayinya sehingga menjadi anak yang gembira, antusias mengeksplorasi lingkungannya, dan menjadikannya anak yang kreatif.
2.3 Pola Asuh Menentukan Keberhasilan Pendidikan
Karakter Anak dalam keluarg
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak.
Secara umum, pola asuh dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu :
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak.
Secara umum, pola asuh dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu :
1.
Pola asuh otoriter
Mempunyai ciri orangtua membuat semua
keputusan, anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya. Pola asuh
otoriter cenderung membatasi perilaku kasih sayang, sentuhan, dan kelekatan
emosi orangtua - anak sehingga antara orang tua dan anak seakan memiliki
dinding pembatas yang memisahkan antara orang tua dengan anak. Hal menunjukan bahwa
ada keterkaitan antara faktor keluarga dan tingkat kenakalan keluarga, di mana
keluarga yang broken home, kurangnya kebersamaan dan interaksi antar keluarga,
dan orang tua yang otoriter cenderung menghasilkan remaja yang bermasalah. Pada
akhirnya, hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas karakter anak.
2.
Pola asuh demokratis
Mempunyai ciri orangtua mendorong anak
untuk membicarakan apa yang ia inginkan. Pola asuh permisif yang cenderung
memberi kebebesan terhadap anak untuk berbuat apa saja sangat tidak kondusif
bagi pembentukan karakter anak. Bagaimana pun anak tetap memerlukan arahan dari
orang tua untuk mengenal mana yang baik mana yang salah.
3.
Pola asuh permisif.
Pola asuh demokratis tampaknya lebih
kondusif dalam pendidikan karakter anak. Contohnya orangtua yang demokratis
lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan tanggungjawab.
Sementara, orangtua yang otoriter merugikan, karena anak tidak mandiri, kurang
tanggungjawab serta agresif, sedangkan orangtua yang permisif mengakibatkan
anak kurang mampu dalam menyesuaikan diri di luar rumah. Anak yang dididik
dengan cara demokratis umumnya cenderung mengungkapkan agresivitasnya dalam
tindakan-tindakan yang konstruktif atau dalam bentuk kebencian yang sifatnya
sementara saja. Di sisi lain, anak yang dididik secara otoriter atau ditolak
memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan agresivitasnya dalam bentuk
tindakan-tindakan merugikan. Sementara itu, anak yang dididik secara permisif
cenderung mengembangkan tingkah laku agresif secara terbuka atau
terang-terangan.
Ada beberapa kesalahan orang tua
dalam mendidik anak yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi anak
sehingga berakibat pada pembentukan karakternya, yaitu :
1.
Kurang menunjukkan
ekspresi kasih sayang baik secara verbal maupun fisik.
2.
Kurang meluangkan waktu
yang cukup untuk anaknya.
3.
Bersikap kasar secara
verbal, misainya menyindir, mengecilkan anak, dan berkata-kata kasar.
4.
Bersikap kasar secara
fisik, misalnya memukul, mencubit, dan memberikan hukuman badan lainnya.
5.
Terlalu memaksa anak
untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini.
6.
Tidak menanamkan
"good character' kepada anak.
Dampak yang ditimbulkan dari salah
asuh seperti di atas, akan menghasilkan anak-anak yang mempunyai kepribadian
bermasalah atau mempunyai kecerdasan emosi rendah.
1.
Anak menjadi acuh tak acuh, tidak butuh orang lain, dan
tidak dapat menerima persahabatan. Karena sejak kecil mengalami kemarahan, rasa
tidak percaya, dan gangguan emosi negatif lainnya. Ketika dewasa ia akan
menolak dukungan, simpati, cinta dan respons positif lainnya dari orang di
sekitarnya. la kelihatan sangat mandiri, tetapi tidak hangat dan tidak
disenangi oleh orang lain.
2.
Secara emosiol tidak responsif, dimana anak yang ditolak
akan tidak mampu memberikan cinta kepada orang lain.
3.
Berperilaku agresif, yaitu selalu ingin menyakiti orang baik
secara verbal maupun fisik.
4.
Menjadi minder, merasa diri tidak berharga dan berguna.
5.
Selalu berpandangan negatif pada lingkungan sekitarnya,
seperti rasa tidak aman, khawatir, minder, curiga dengan orang lain, dan merasa
orang lain sedang mengkritiknya.
6.
Ketidakstabilan emosional, yaitu tidak toleran atau tidak
tahan terhadap stress, mudah tersinggung, mudah marah, dan sifat yang tidak
dapat dipreaiksi oleh orang lain.
7.
Keseimbangan antara perkembangan emosional dan intelektual.
Dampak negatif lainnya dapat berupa mogok belajar, dan bahkan dapat memicu
kenakalan remaja, tawuran, dan lainnya.
8.
Orang tua yang tidak memberikan rasa aman dan terlalu
menekan anak, akan membuat anak merasa tidak dekat, dan tidak menjadikan orang
tuannya sebagai ”role model” Anak akan lebih percaya kepada "peer
group"nya sehingga mudah terpengaruh dengan pergaulan negatif.
BAB III
PENUTUP
Karakter merupakan kualitas moral
dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah
- nature) dan lingkungan (sosialisasi atau pendikan – nurture). Potensi
karakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut
harus terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.
Meskipun semua pihak bertanggung
jawab atas pendidikan karakter calon generasi penerus bangsa (anak-anak), namun
keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak.
Untuk membentuk karakter anak keluarga harus memenuhi tiga syarat dasar bagi
terbentuknya kepribadian yang baik, yaitu maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi
fisik dan mental. Selain itu, jenis pola asuh yang diterapkan orang tua kepada
anaknya juga menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak di rumah.
Kesalahan dalam pengasuhan anak di keluarga akan berakibat pada kegagalan dalam
pembentukan karakter yang baik.
Kegagalan keluarga dalam melakukan
pendidikan karakter pada anak-anaknya, akan mempersulit institusi-institusi
lain di luar keluarga (termasuk sekolah) dalam upaya memperbaikinya. Kegagalan
keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat
yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki
kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter
anak-anak mereka dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
- Badingah, S. (1993). Agresivitas Remaja Kaitannya dengan Pola Asuh, Tingkah Laku Agresif Orang Tua dan Kegemaran Menonoton Film Keras. Program Studi Psikologi – Pascasarjana, UI. Depok.
- Coon, Dennis. (1983). Introduction to Psychology : Exploration and Aplication. West Publishing Co.
- http://encyclopedia.thefreedictionary.com. Diakses tanggal 26 April 2004.
- Hurlock, E.B. 1981. Child Development. Sixth Edition. McGraw Hill Kogakusha International Student.
- Megawangi, Ratna. (2003). Pendidikan Karakter untuk Membangun Masyarakat Madani. IPPK Indonesia Heritage Foundation.
- Vasta, Ross, at all. (1992). Child Psychology : The Modern Science. John Wiley & Sons Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar